MUNGKIN
AKU PATUT MEMBENCI DIA
Oleh : JENNY
APRILIA
Aku disibukan dengan kegiatan pesantren menyambut
datangnya bulan ramadhan ,berbagai
kegiatan sudah kami persiapkan dengan baik.satu kegiatan yang akan kami
laksanakan tengah malam nanti di tengah TPU Rahmatullah yakni renungan
malam.sesampai di sana kami tidurkan
berjajar,tanpa sadar aku sudah berada dialam bawah sadar.Ku lihat ada seorang wanita tua renta
duduk dikursi goyang,aku ingat betul dia adalah ibuku ,orang yang aku kasihi
sepanjang hidupku.Ketika aku menoleh ke arah timur Nampak seorang laki –laki terbaring lemah tak berdaya di tubuhnya
terpasang banyak sekali alat penopang hidup.Ku amati betul –betul wajah nya,
api benci langsung menyala membara seakan semua yang terjilat oleh nya akan
binasa.Di benakku terbesit ingatan tajam yang mampu merobek hatiku hingga
hancur berkeping.luka yang Bapak torehkan begitu dalam hingga mampu merubah
rasa kagumku menjadi rasa benci yang bergejolak.Lima tahun lalu itulah saat
terburuk dalam hidupku,ribuan airmata terjatuh bak hujan badai yang takkan
pernah surut.
Malam
itu kudengar pertengkran yang sangat dasyat antara ibu dan bapak,hatiku merasa
terusik,rasa ingin tahu ku mendorong tubuhku mendekat kearah jendela yang
kebetulan terarah lsngsung kekamar meraka.
‘’Pak
apa benar bapak sudah menikah siri dengan Asmita?Jawab pak…jawab !’’ Tanya
ibuku sambil menatap mata bapak.
‘’Memang
sudah saatnya kamu tahu yang sebenarnya,iya itu benar……’’jawab bapak .
Hatiku
seperti diterpa gelombang tsunami mendengar pengakuan itu .apa benar yang
kudengar tadi Ya Allah?ku lanjutkan mengintip mereka .
‘’Astaqfirullah
pak!bapak tahu syariat,bapak tahu agama. Pernikahan tanpa ridho dari istri
pertama itu haram hukumnya….!sejak kapan pak,…..jawab ibu pak sejak kapan?suara
ibu terdengar semakin keras.
‘’kami
sudah menikah empat tahun yang lalu….’’ketus bapak.
Ibuku
terdiam .ibu sangat syok sekaligus terpukul mendengar pengakuan bapak.aku tak
menyangka bapak tega melakukan itu pada kami,apa salah kami Ya Robbi?semalam ku
dengar tangisan ibu,ke esokan harinya ,ibu bersikap seolah tidak ada apa-apa di
depanku dan kak Tya.suana sarapan hari
ini benar-benar dingin,kak Tya hanya menunduk bercucuran airmata begitu pula
ibu,dan bapak tetap duduk tanpa ada penyesalan sedikitpun.Tak tahan rasanya
aku,ingin ku berteriak.ingin ku luapkan semua lahar kemarahanku dan kumuntahkan
magma benci pada bapak.
‘’Nis
berangkat bu…!’’ucapku sambil mencium tangan ibuku.sesudah itu aku beranjak
dari ruang makan.
‘’nis
tunggu kakak…..!’’panggil kak Tya.
Kami
berjalan bersama –sama ,tak biasanya kakak mau berangkat sepagi ini.Biasanya
kakak berangkat seusai membantu ibu mencuci bekas sarapan.
‘’Nis kamu dengar pertengkaran ibu dan bapak
semalam?’’tanya kak tya padaku.
‘’iya…’’jawabku
‘’kenapa
ya nis ini harus terjadi?kakak bingung nis disatu sisi kakak marah sekali pada
bapak tapiu disisi lain kakak ini seorang anak yang wajib berbakti da
menghormati bapak sebagai orang tua…’’ujar kak Tya.
Sementara
aku hanya bisa diam seribu bahasa,aku tidak mungkin bisa menghormati bapak
seperti dulu setelah semua yang terjadi.Bu lek Asmita dia adik sepupu ibuku yang sudah dianggap saudara ,dari kecil
dia sudah dibesarkan oleh kakekku.Tapi orang bisa dirasuki nafsu setan ,terlalu
menuruti hasrat.Sunguh sangat menyakitkan sekali,sesak hati ini seperti
terjerat tali rotan yang terdiri dari seribu lilitan.semua kegiatan jadi kacau
balao,pikiranku saat ini hanya focus pada ibu
saja.Lebih baik aku kembali kerumah saja.Dugaanku benar ibu hancur
hatinya semua tersirat dari raut wajah ibu yang muram.
‘’assalamu
alaikum…’’
‘’wa
alaikum salam….nisa sudah pulang nak?’’sambut ibu
‘’sudah
bu…’’kata sembari mencium tangan ibu.
‘’mau
ke mana pak?’’tanya ibu pada bapak.
‘’pulang.’’jawabnya
‘’pulang
kemana pak?’’tanya ibu binggung.
‘’ke
Bekasi…’’ketus bapak.
‘’tapi
pak…kita bicara dikamar dulu saja…’’kata ibu.
‘’untuk
apa? lama kelamaan anak –anak juga akan tahu yang sebenarnya.sebagai suami aku
harus adil pada dua istriku.’’ucap bapak.
‘’adil?dimana
letak keadilan untuk kami?’’sahutku.
‘’begitukah
cara bicaramu pada orang yang kau sebut bapak…?’’ucap bapak kepadaku.
‘’bahkan
aku menyesal menyebut anda bapak…’’ketusku tajam.
‘’sebenci-benci
nya kau padaku tidak akan bias memutus ikatan darah kita,didalam tubuhmu
mengalir kental darahku dan nama mu adalah pemberianku sabagai bapakmu.’’kata
bapak sembari menatap maataku.
‘’sudah
nis,dia itu bapak mu nak.kau wajib menghormati
dia nak…’’ibu berusaha melerai emosiku.
Sementara
itu bapak benar –benar pergi dari
rumah.hampir empat bulan bapak tak kunjung pulang dan menafkahi kami.banyak
yang mengatakan bapak sekarang ada disulawesi bersama bu lek Asmita,bahkan
kabarnya bu lek baru saja melahirksan anak laki-laki.Memang dari dulu bapak
sangat mengiginkan anak laki-laki yang tak bisa ibu berikan karena sakit kanker
rahim yang ibu derita,tapi itu bukan alasan
untuk bapak bisa menyakiti ibu seperti itu.kini kami harus berusaha
sendiri memenuhi kebutuhan kami sehari.aku dan kak tya hampir putus sekolah
kalau saja bukan karena biasiswa kami tak mungkin bisa sekolah .
Suatu hari ibuku sakit parah sampai
berbulan-bulan ibu tak kunjung
sembuh.sudah Kami coba menghubungi bapak tapi tak pernah ada respon positif.berbagai
barang berharga kami jual untuk pengobatan ibu namun itu
sia-sia ibu harus menhembuskan nafas terakhirnya dengan luka perih di dada.sejak
saat itu aku mengangap bapak pun telah mati,dan nama ku bukan khanisa aura
islamiana ,namaku adalah MARIAM .sesuai dengan nama ibuku.sampai hari itu aku
mendapat kesempatan tinggal dipesantren
gunung jati.
Saat aku terbangun dari alam bawah sadarku pak
kyai sudah berada disampingku.
‘’apa
yang kau rasakan nak?kenapa tubuh nak Mariam panas seperti ini?’’tanya pak kyai
padaku
‘’kebencian
yang saya rasakan pak,jika saya teringat pada bapak saya.’’ketusku
‘’astaqfirullah
mariam,kau tidak boleh berkata begitu
Allah bisa murka padamu nak’’kata pak kyai.
‘’hati
saya sudah mati rasa pak…!hanya satu yang tidak bisa saya kembalikan yaitu darah
bapak yang mengalir dalam tubuh saya….’’
‘’besok
masuk puasa cobalah memaafkan bapakmu’’kata pak kyai
‘’insya
Allah pak….’’kataku.
Pagi
ini semua santri bersiap pulang kerumah tak terkecuali aku,tahun Ini kami bisa
berpuasa di rumah bersama keluarga karena pesantren akan direnovasi .aku rindu
sekali pada kak tya, mungkin sekarang
kak tya tidak kesepian lagi karena yang menyewa rumah belakang.karena
bus pesantren penuh jadi aku pulang bersama kyai ahsan sekeluarga yang
kebetulan satu arah denganku.setelah tiga tahun tidak pulang nampaknya sedayu
timur tidak banyak berubah hanya nampak sedikit ramai.
Tak
sengaja aku melihat kak tya turun dari angkot bersama seorang laki –laki
tua.siapa laki-laki itu?tanyaku dalam hati.setelah kuamati beberapa saat ciri –ciri
nya seperti bapak ,tapi bapak tidak sekurus itu.laki –laki itu menoleh
kearahku.itu bapak.
‘’khanisa….!’’panggil
bapak.
Aku
hanya diam ,terbenakku terbesit perlakuan bapak pada kami dulu.tanpa menjawab
aku langsung berlari masuk kedalam rumah.api benci di hati kembali menyala menebarkan aroma
neraka.ku kunci pintu kamarku .kenapa
kak tya membohongi aku selama ini.
‘’nis…nisa
boleh kakak masuk?nisa buka pintunya donk ….nisaaaa…!’’kata kak tya dari balik
pintu.
‘’nama
aku mariam bukan nisa….!’’teriakku.
‘’iya
maaf dech…keluar donk mariam sayang ….bantuin kakak masak buat buka yuk…!’’rayu
kak tya
Aku
mulai luluh,aku perlahan melangkah keluar.sesampainya didepan pintu kak tya
langsung memelukku.mungkin kak tya rindu padaku .tapi tetap saja aku marah
karena dia bohong.kamar kenapa pintunya
terbuka ?apa bapak tidur disana?.
‘’kenapa
pintunya dibuka?apa?’’tanyaku.
‘’tadi
kakak bersihin buat bapak…tapi bapak ngak mau.nis eh mariam tolong bujuk bapak
ya…suruh bapak makan…!’’pinta kak tya.
‘’kenapa
ngak kakak aja yang bujuk bapak….?’’kataku.
‘’sudah
tapi bapak maksa mau puasa ,kasihan bapak raganya belum kuat ditambah lagi bapak
harus minum obat….’’kata kakak.
‘’tapi
mariam ngak bisa kak…maaf’’kataku.
‘’BREEEEEEK’’
‘’suara
apa itu kak?’’tanyaku.
‘’Ya
Allah bapak nis…!’’kata kak tya sambil berlari ke rumah belakang.
Terlalu
egoiskah sikapku pada bapak
ini,tapi aku tidak bisa meng hilangkan rasa benciku padanya.apakah ibu
juga akan marah pada ku bila ibu masih ada.beberapa saat setelah itu kak tya kembali .
‘’ada
apa kak?’’tanyaku.
‘’bapak
jatuh nis…kakak ngak tega tinggalin bapak sendiri,tapi kakak ada pengajian di
rumah bu lurah.nis kali ini tolong kakak ya…!’’pinta kak tya.
Ingin
rasanya hati ini bilang tidak walau terpaksa lidah harus bilang iya.bagaimana
mungkin aku bisa menjaga orang yang paling aku benci sepanjang hembusan
nafasku.sambil menunggu buka puasa kuisi waktu luangku dengan membuka –buka
album foto tua keluarga kami,itu adalah satu-satu kenangan yang bisa terlihat
tentang pribadi ibuku.wanita cantik penuh kasih sayang itu sekarang sudah kembali ke kehadirat
Allah.foto –foto ini menyimpam berjuta-juta kenangan indah.tak terasa waktu
sudah menunjukan pukul 15.00,selembar foto tak sengaja terjatuh saat aku
mengembalikan album ke rak buku.selembar foto bayi milikku,dibalik foto
tertulis beberapa kata.
‘’KHANISA AURA ISLAMIANA’’
Semoga nama itu cocok dan memberarti untuk bidadari kecil
bapak.
Aku tak bisa membohongi diriku walau sibuk memasak makanan ,namun hatiku memikirkan
tulisan yang aku baca tadi.setelah menyiapkan makanan aku menyiapkan alat
sholat untuk sholat magrib.
‘’ALLAHU
AKBAR…ALLAHU AKBAR’’suara azan
‘’Alhamdulillah ya Allah….’’kenapa magrib kakak belum
pulang,astaq firullah al azim.aku lupa mengantar buka puasa untuk bapak. Tapi apakah api benci ini tidak
akan membara,apakah sikapku nanti tidak akan membuat hati bapak
terluka.sudahlah aku hanya ingin menjalan amanat.
‘’Assalamualaikum.’’sapaku.
‘’wa
alaikum salam ,nis….’’kata bapak mencoba bangun.
‘’Mariam
itu nama saya,ini ada makanan .silakan dimakan…’’ketusku.
‘’ahh…iya
terimakasih ya nak….’’katanya sayub.
Aku
dalam hati menahan air mata,melihat bapak dalam keadaan seperti itu.tapi kebencianku terlalu kuat
untuk digempur.aku mulai beranjak dari pintu.
‘’nis…!bisa
tolong bantu bapak ke tempat wudlu…..’’pinta bapak padaku,sementara aku hanya
diam.
‘’iya.tapi
tolong panggil saya mariam….’’kataku.
‘’nisa,tolong
biarkan bapak memanggilmu dengan nama itu nak…’’kata bapak sambil menatapku.
‘’mari
saya bantu…!’’kataku.
Aku
memapah bapak sampai depan musola,karena tak tega aku terus menunggu bapak
selesai sholat.entah kenapa tiba-tiba bapak terjatuh.
‘’bapak…!’’teriaku.
‘’nis,punggung
bapak sakit nis…!’’kata bapak sambil mengengam tanganku.
‘’iya
…iya.sekarang nisa bantu bapak
bangun.’’kataku.
Aku
membawa bapak kekamar mendiang ibu,apa yang terjadi pada bapak ?kenapa tangan
bapak dingin seperti ini.aku berlari kekamar belakang untuk mengambil obat
bapak,aku menemukan surat dari dokter.dalam surat itu tertulis bapak mengidap
gagar ginjal.aku kembali kekamar bapak.ternyata kak tya sudah disana.jika kak
tya bisa memaafkan bapak kenapa aku tidak.
‘’kak
tya sudah pulang…?’’tanyaku.
‘’iya.mana
obatnya nis..?’’kata kakak.
‘’ini,’’kataku.
‘’tya,nisa
maafkan bapak…!’’kata bapak sambil mengengam tangan kami.
‘’insyaAllah,kami
sudah memaafkan bapa.sekarang minum obatnya’’kataku.
‘’mariam…kamu
pulang…’’kata bapak sambil melihat kearah pintu.
‘’bapak
lihat apa?’’kata kak tya binggung.
‘’bapak
tirukan nisa’’kataku.
‘’mariam
kamu menjemputku?’’kata bapak,kak tya menanggis melihat bapak.
‘’ASHADU
ALA ILLAH HA’ AILALLAH’’
‘’AS…HADU…ALA…ILLAH…HA’….ILALLAH’’
‘’WA
ASHADU ANA MUH AMMAD DAR ROSULULLAH’’
‘’WA…ASHADU…ANA…MUHAMMAD…DAR…ROSULULLAH…’’
‘’bapak…bapak
dengar tya…?bapak bangun….!’’jerit kak tya.
‘’Inalillahi
wa ina Illahi ro jiun’’ucapku.
Bapak
pergi menyusul ibu,tujuh hari sepeninggalnya bapak aku dan kak tya pergi ke
padang untuk menemui bulek asmita.dia berhak tahu soal kepergian bapak.
‘’ada
apa kalian kemari?’’sambut bu lek pada kami.
‘’bu
lek kami ingin menyampaikan amanat terakhir bapak…’’kataku.
‘’o
jadi dia sudah benar-benar mati tho..,?’’katanya sengit.
Kami
tidak menyangka kalau bulek setega itu,kami sudah menjalankan amanat bapak
untuk mengambil Ilham,kami akan membesarkan Illam.kami akan memubuka lembaran
baru.
0 komentar:
Posting Komentar