Udara plat memang sangat dingin,
di kota ini ada banyak sekali orang dan setiap orang punya suhu badan yang
mampu merambat, tapi kenapa udara disini tetap saja dingin. Aku seperti noda
kecil disudut piring saat berada dengan
teman kak el. Akhirnya dari dapur kak el muncul tengan tiga gelas kopi panas di
nampan. Aku sudah tidak sabar menengak kopi yang baru saja diangkat dari tungku
perapian. Asap nya menebarkan aroma kas kopi perancis.
‘’ kamu kesini kok nggak bilang-bilang
sih?’’ ucap kak el sembari menghempaskan tubuh ke sofa.
‘’ aku ingin membuat kejutan…’’
aku menengak kopiku yang sedap ini.
‘’ o…iya ini line , dia adik
sahabatku dari Indonesia …’’ kak el memperkenalkanku pada teman pria nya.
‘’ delca…’’ dia mengulurkan
tangan.
‘’
haruka rhayline…’’ aku menjabat uluran tangan nya.
‘’ dan ini grace…’’ kak el
menunjuk kearah teman wanita disamping kanannya.
‘’ haruka rhayline…’’aku memberi
salam hormat dengan menundukan kepala.
‘’ grace winhelson…’’
Udara semakin dingin,aku berdiri
di balkon plat kak el sambil menunggu teman-temannya pulang. Gemerlap lampu
menara terlihat indah dari balkon,lalu lalang sepasang sejoli menjadi pusat
perhatianku. Kota ini memang kota yang paling romantic didunia,panoramanya yang
indah membuat perasaan ku lega dan melupakan semua kenangan buruk di Indonesia.
‘’ putus cinta?’’ kak el berdiri
disampingku.
‘’ huh,..pasti kak satya ngadu…’’
aku mengerutu.
‘’ perselingkungan kamu thu selalu
aku update…’’dia membelakangiku.
‘’ memang kita masih pacaran…?’’
‘’ bodoh…memang kapan aku bilang
putus…’’ dia berbalik.
‘’ kata kak satya kakak punya
pacar orang jepang?’’ aku cemberut.
‘’ iya….’’ Jawabnya tenang.
‘’ pantesan aja nggak pernah
sms,mention, apalagi telepon?’’.
‘’ haruka lyn…’’ dia mendekapku.
Jantungku berdebar kencang saat
kak el mengusap rambutku. Cinta pertamaku adalah kak el,itu juga berawal dari
kejadian lucu. Seorang anak smp terkurung di toilet sekolah,waktu itu kak el
kelas tiga sma disekolah yang sama denganku. Saat itu aku malu setengah mati
karena menanggis hingga mataku bengkak, karena mataku sipit jadi hampir nggak
bisa melek. Dengan Gentle kak el mengendongku sampai rumah. Hubungan kami
berjalan tiga tahun, tapi setelah aku masuk sma hubungan kami rengang gitu deh,
pasalnya aku bosen LDR an, Indo-paris.
Satu minggu aku di paris banyak
tempat-tempat yang woderfull, aku sengaja mencari apartement di kawasan bandara
charle de gualle,agar kalau nyokap kesini nggak perlu muter-muter nyari alamat.
Aku putuskan kuliah di universitas yang sama dengan kak el supaya deketan terus
,bedanya kalau kak el di desain arsitektur ,aku ngambil desainer fashion.
Kuliah bagiku adalah sesuatu yang menyenaangkan , kenal dengan orang-orang baru
yang asyik and style.
Hubunganku dan el berjalan indah
selama disini saat –saat indah sering kami lalui bersama. Suatu hari kami
menghabiskan waktu bersama di eifel. Aku berharap bisa menghabiskan waktu
melihat sunset bersama cinta terakhirku dan kali ini aku menanti sunset bersama
kak el. Bersandar di pundak orang yang aku cintai rasanya begitu damai walaupun
kadang sikap cuek kak el membuatku geram.
‘’ kak tunggu in!!!’’ aku berjalan
di belakang kak el.
‘’ cepetan…’’ dia terus berjalan.
Aku berusaha mengejarnya hingga
aku tersandung dan jatuh.
‘’ au…ah hills nya putus…’’ aku
mengeram kesakitan.
‘’ makanya jangan aneh-aneh ,pakai
hak setinggi ini kamu mau nyamain tower operator…?’’ meledekku.
Setelah kejadian itu kami
bertengkar hebat karena sikap kak el yang cuek, dan nggak tahu gimana usahaku
agar dia nggak malu punya pacar pendek. Apa dia nggak tahu gimana aku kalau
liat dia jalan sama-sama cewek-cewek paris yang tinggi mutlak itu. Tapi dia
malah ngeledekin aku.
‘’
udahlah kamu jangan ngedekin masalah…kalau aku malu jalan sama kamu
ngapain aku gandeng kamu setiap hari dikampus…aku lebih malu kalau kamu pakai
hills putus lagi…’’
‘’ kak…kakak thu emang nggak
pernah hargain usaha aku ya…’’ aku berlari sambil menenteng hills sambil
menanggis.
‘’ tunggu…’’dia menarik
tanganku,dan menahanku dalam dekapan nya.
‘’ kamu thu jahat…’’
‘’ maaf…’’bisiknya.
‘’ kamu nggak mungkin balik ke
plat nyekerkan…? Naik…’’ dia duduk jongkok didepanku.
‘’ naik…’’ katanya.
Dia mengendongku, walaupun tahu
badanku berat tapi aku nyaman berada diatas gendonganya. Aroma farfum yang khas
melekat pada jaket kulit coklat trendi yang dia kenakan. Aku memandangi
lehernya yang berotot ,otot pertanda kalau daging ditubuhnya tak lebih dari dua
centi. Dia adalah cinta yang sempurna dan jika aku boleh berharap aku ingin dia
jadi cinta terakhir bagiku.lewat didepanku.
Suhu semakin dingin di trotoar
jalan , orang yang berbeda sudah ribuan kali lewat didepanku. Tapi sedari tadi
aku menunggu nya dari tadi padahal janjinya jam dua sekarang jam empat sore.
Matelku sudah berembun rasanya ,sarung tangan ini tak bisa menghangatkan
tanganku hingga aku putuskan mampir ke kedai kopi. Aku sengaja memilih tempat yang
dekat dengan jendela agar bisa melihat Susana di luar. Tak berselang lama
pelayan berdasi kupu-kupu mengantarkan satu coppylate pesananku. Perlahan tapi
pasti setengak-demi setengak aku menikmati coppilate kesukaan ku ,tapi aku tak
mencium tanda-tanda kedatangan kak el. Aku putuskan beranjak dari tempat duduk
dan menuju kasir.
‘’ berapa harga satu coppilate?’’
aku merogoh saku.
‘’ lima dollar nona…’’
Setelah menyodorkan uang ,kemudian
aku pergi. Suara perdebatan di kasir sebelahku membuat langkahku terhenti. Aku
melihat seorang pria berdebat dengan kasir. Aku sangat mengenal sosok pria itu
dan dia adalah …
‘’ permisi …berapa pesanan tuan
ini…?’’ aku menyela perdebatan mereka.
‘’
tiga dollar untuk kopi nona…’’ jelas sang kasir.
‘’ baiklah ini…’’ aku menyodorkan
tiga dollar dan berjalan menuju pintu keluar.
‘’ hey….’’ Pemuda itu mengejarku.
‘’ rhaline…aku cari-cari kamu
kemana-mana….’’ Ucapnya padaku.
‘’ kak sam…kakak cari aku? Buat
apa?’’ tanyaku ketus.
‘’ aku baru sadar kalau kamu bukan
sekedar berarti…’’ dia membelai kepalaku yang tertutup topi rajut.
‘’ dret…reet,,,’’ handphone ku
bordering,sms dari kak el.
‘’ sorry aku harus pergi…’’ aku
meninggalkan kak sam sendiri.
Aku berjalan menghamiri mobil di
kiri jalan, mobil sport hijau yang membawa seseorang yang dari tigajam lalu aku
tunggu yang tidak lain tidak bukan adalah kak el, seseorang yang selalu
membuatku marah karena kesal. Tanganku yang mulai mengigil mengetuk kaca mobil,
sepertinya dia mengerti isyaratku. Pintu mobil terbuka walaupun secara
otomatis,tapi aku sadar aku tak bisa mengharapkan romantisme dari pria ini.
Tanpa piker panjang aku masuk kedalam mobil, aneh sekali aroma mobil yang
semula aroma vanilla menyengatyang setiap saat bisa membuatku muntah,berupah
menjadi aroma khas spring avorite ku. ‘’kapan dia ganti?pikirku. dan yang lebih
anehnya lagi begitu masuk mobil aku disuguhi music kesukaanku ‘’’lagu a
thousand year’’.
‘’ sejak kapan ?’’ aku binggung.
‘’ apanya?’’ dia balik bertanya.
‘’ kakak jadi romantic…soalnya
nggak biasa-biasanya ngajak ke tempat kaya gini…taman luxsemburg iam coming…’’
aku berlari keluar mobil.
Berputar-putar di tengah hamparan
bunga yang beraneka warna rasanya seperti terbang kelanggit menari-nari bersama
bintang. Saking asyiknya berputar-putar aku jatuh. Dan kak el hanya
memandangiku sambil tersenyum geli. Aku
setengah mati mencoba bangun dan siap menerkamnya. Tapi dengan gesit dia
menghindar dan membuatku kembali tersungkur.
‘’ kakak…’’ aku mengerutu kesal.
Tanpa sadar dia memotretku lalu
kemudian berbaring di hamparan rumput hijau, kemudian aku menyusulnya . aku
membaringkan tubuhku disampingnya kemudian kami berdua menatap langit biru
luxsemburg.
‘’ lin…’’
‘’ iya…’’
‘’ dulu kamu pernah nanyakan
bangunan apa yang pingin aku lihat ?’’ dia menatapku.
‘’ iya…tapi waktu itu kakak bilang
semua bangunan itu sama aja…terus katanya buat apa jadi arsitek kalau Cuma
pingin lihat bangunan…’’ aku menatapnya.
‘’ bangunan yang paling pingin aku
lihat adalah castle Luxemburg dan Basilique du Sacré-Cœur …dan aku mau lihat bangunan itu
sama cinta terakhirku di dunia ini…’’
Kata-kata kak el mampu menyihirku ,menghipnotisku
hingga pikiranku melayang dan jantungku berdetak kencang. Andai aku bisa akan
aku hentikan waktu agar saat-saat seperti ini tak akan terlewatkan dari
hidupku. Ingin rasanya hidup dalam dunia hayalan agar aku bisa menghabiskan
sisa hembusan napasku bersama kak el. Setelah kami puas di Luxemburg aku dan
kak el pergi ke basilique du sacre-coeur tempat yang begitu luar biasa, sebuah
kemegahan di kota paris yang tertutup kabut kemegahan eifel tapi dibalik kabut
kemegahan itu ada sebuah istana nan indah dan romantic. Disini kami mengukir
sejarah baru yang akan abadi dengan beberapa photo kami berdua. Acara hari ini
berkhir dengan secangkir coppilate di daerah la cigale.
‘’ lin…apa kamu mau menjadikan aku
cinta terakhirmu sampai tahun baru….’’ Pertanyaan kak el membuatku tercengang.
‘’ kok gitu sih?’’ aku agak
binggung.
‘’ nggak…udah minum lagi…ntar
theaternya keburu habis lagi…’’
‘’ jadi kita kesini mau nonton
theater?’’
‘’ ya…iyalah emang mau ngapain
lagi?’’
‘’ aku kan nggak suka theater…’’
Huh betapa bosanya aku melihat
pertunjukan yang kata orang super waw, karena aku memang tak pernah menyukai
yang namanya theater . mendadak mood ku jadi merosat derastis semula yang happy
sekarang sumpek banget gara-gara nonton theater tradisional. Aku heran kenapa
orang-orag bisa gitu tepuk tangan sampek terkagum-kagum padahal thu biasa aja?.
Ending dari theater ini benar-benar tak terduga kak el yang tiba-tiba
menghilang ternyata ada diatas panggung.
‘’
could you will be my endless love…’’ ucapnya sambil menunjuk kearahku.
Semua orang menyoraki kami berdua
dan memintaku naik keatas panggung. Dengan anggun aku naik keatas panging dan
meraih tubunhya. Hari ini aku begitu bahagia dan berbunga-bunga karena kak el.
Dua minggu setelah itu aku dengar kak el akan magang kerja di jepang untuk
scripsnya, itupun aku dengar dari rekan kerja kak el yang juga akan berangkat
bersamanya sepuluh menit lagi. Betapa paniknya aku saat ini , dengan
mengerahkan tenaga aku berlari kesana-kemari mengitari bandara charle de gualle
yang tak jauh dari plat ku.
‘’ kak el….’’ Aku berteriak saat
melihat kak el dan berlari kearahnya.
‘’ kakak kok nggak bilang…’’
‘’ apa?’’
‘’ ih…nyebelin…’’ aku memeluknya.
‘’ aku nggak lama…’’ dia mengecup
keningku.
Kami kembali menjalani LDR dulu
indo-paris, sekarang paris – Tokyo. Seminggu berlalu hubungan kami berjalan
dengan lancer tapi masuk minggu kedua kami berdua lost kontak, entah kenapa
tiba-tiba kak el tidak bisa di hubungi. Aku sudah mencoba menghubungi rekannya
tapi dia juga tidak tahu karena beda lokasi. Berkali –kali aku juga menghubungi
paman tadhaci ayah kak el yang tinggal di jepang tapi beliau bilang kak el
sedang focus pada skripsi.
Hatiku semakin tak karuan
,kerinduan yang semakin mendalam membuat hatiku sedikit terguncang dan mulai
goyah dengan adanya kak sam yang selalu ada disisiku. Sore ini aku melihat
sunset di museum muse du luovre. Aku memandangi setiap peninggalan sejarah
perancis, dulu masyarakat paris pernah di hebohkan dengan mitos lorong waktu,
jika lorong waktu itu memang ada aku ingin kembali pada masa-masa bersama kak
el. Air mataku kembali menetes dalam kesendirian di depan lukisan monalisa yang
berukuran sebesar tubuhku yang terpampang di dinding depan pintu masuk muse du
louvre. Aku sedikit tersentak mendengar bunyi ponselku, buru-buru aku mengambilnya
dengan harapan kalau itu kak El, aku kembali kecewa karena itu kak sam bukan
kak el.
‘’ jam enam sore di café regence
place royal…’’ bisikku semabari memasukan ponsel kedalam saku.
Dengan langkah lesu aku melangkah
masuk regence ,di meja sebelah kanan pintu masuk sekitar dua puluh langkah dari
posisiku kak sam melambaikan tangan. Duduk di tengah keramaian adalah salah
satu hal yang aku benci, karena aku seseorang yang lebih suka menikmati sesuatu
yang bersifat pribadi,hanya sekedar basa-basi aku melempar sebuah senyuman.
Kemudian kak sam mengengam tangan ku dan memberikan ciuman kecil di ujung
jemariku.
‘’ line …aku mencintai kamu dan
hanya kamu…aku baru sadar justru di saat kamu jauh dariku…’’
‘’ maaf kak untuk saat ini aku…’’
aku mengantung kata-kataku yang sudah terlanjur bisu.
‘’ nggak papa kamu boleh kasih aku
kesempatan dulu…’’ ucapnya yang kemudian disela waitress.
Kami berdua menyantap makanan yang
dibawakan waitrees, sikap kak sam yang begitu lembut dan penuh perhatian,
membuat hatiku sedikit goyah. Diantara dilemma tetap bertahan atau tetap setia
pada kak el yang sudah enam bulan ini tidak ada kabar beritanya. Akhirnya aku
putuskan menerima kak sam kembali dalam kehidupanku. Malam natal di paris
begitu semarak perayaan di tempat-tempat wisata seperti di menara eifel begitu
luar biasa, hujan kembang api terjadi diatas langit paris.
‘’ hay…’’ sapa kak sam.
‘’ hay…’’ lamunanku pecah.
‘’
gimana permintaan aku di terima..?’’
‘’ aku…aku ma…’’ kata-kata
terpotong dering ponselku .
‘’ hallo…uncle tadhaci…’’
‘’ hallo harukha rhalyne…can you
go to jepang now….’’
‘’ what happen uncle…?’’
‘’ Airha (nama panggilan kak el di
jepang) give an accident…’’
Telinggaku seperti tersambar petir
di tengah gemerlap malam natal, tanpa berucap apapun aku berlari menuju
bandara. Tanpa memperhatikan siapapun yang ada di depanku, aku menerobos pusat
informasi bandara. Penerbangan menuju Tokyo besok pagi jam empat.. hatiku sudah
tak karuan ,rasa cemasku membuat fikiranku benar-benar kacau.
Dua belas jam penerbangan paris-tokyo
tak sedikitku membuatku lelah,tapi malah hampir membuatku mati karena cemas.
Dari bandara aku meluncur ke rumah sakit pusat di edo Tokyo . disana aku
bertemu paman tadhaci yang sedang bertemu dengan dokter.
‘’ haruka rhalyne…Airha stay in
room 138….’’
Aku segera berlari kelantai atas
kerena tak sabar menunggu lift terbuka aku berlari ke lantai tiga melalui
tangga darurat. Akhirnya aku sampai di kamar rawat kak el, saat memasuki room
aku melihat seorang wanita seusiaku duduk disamping kak el sambil mendekap
tangan kak el di pelukan nya. Kemudian dia menatapku saat aku melangkah.
‘’ nan ananta haruka( apakah kamu
haruka)?’’
Aku mengangguk pelan.
‘’
kare furui ananta matsu haruka…’’ dia beranjak berdiri dan
mempersilahkan aku duduk.
‘’ kak kenapa kamu harus kembali
disaat seperti ini?’’ aku mendekap tubuhnya.
‘’ kare muttsu tsuki arimasen meri kankin. . . to kino kare namae o yobu
anata no haruka chan…’’( sudah enam bulan dia tidak sadarkan diri dan kemarin
dia memanggil namamu).ucap gadis itu dengan bahasa jepang yang sedikit aku
mengerti.
‘’ nan
anata nonjou…(apakah kamu mencintainya)…?’’
‘’ hai datte kare anata no onjou haruka chan….(
iya tapi dia mencintaimu)…’’
Beberapa hari setelah itu kak el telah sadar dari
komanya, peristiwa yang lebih mencengangkan kembali menguncang kisah cinta
kami, kak el kehilangan ingatanya. Aku tak menduga kenapa ini bisa
terjadi,apakah ini hukuman bagiku karena aku tak bisa menjaga cintaku dengan
baik, setelah berfikir dengan matang aku putuskan untuk tidak mengatakan hubungan
kami pada kak el, aku juga minta pada sakura untuk tidak mengatakan apa-apa
pada kak el. Sebelum kembali ke paris aku putuskan memenuhi undangan paman
tadhaci untuk merayakan tahun baru. Suasana makan malam di rumah ayah kak el
berlangsung semarak, tahun baru yang lalu aku masih bisa menyuapi kak el dengan
rainbow cake tapi aku hanya bisa memandangnya.
‘’ aku ingin pamitan kak…’’ aku duduk disamping
kak el.
‘’ pamitan? Apa kamu akan pulang ke paris?’’
‘’ iya,,,aku akan kembali ke paris…aku harap kita
bisa bertemu lagi….’’
‘’maaf haruka aku belum bisa mengingatmu…’’
‘’ taka pa ….hati-hatilah di jepang jangan
menjatuhkan dirimu dari proyek lagi…kau hampir membuat kami mati cemas…’’ aku
sedikit bergurau untuk menyamarkan suaraku yang aneh karena menahan tanggis.
‘’ baiklah…hati-hatilah haruka…’’ ucapnya.
Perpisahan ini terjadi,aku akan pergi jauh dari
kehidupan kak el. Tapi sebelum pergi meninggalkan jepang ada tempat yang ingin
aku kunjungi, teluk Osaka. Pemandangan teluk berselimutkan kabut tipis seperti
hatiku yang hening sepi meruncig. Mataku terus mengeliat memandangi sekitar
teluk,akku tertarik dengan kerumunan orang yang mengelilingi pemain biola yang
duduk di tepi teluk Osaka. Tanganku bergerak cepat menulis notasi lagu yang
ingin aku dengar dan aku menyodorkannya pada pemain biola tua itu. Saat biola
itu bergessekan dengan dawai hatiku seperti tercabik rindu yang sangat
mendalam,hingga sesak rasanya dadaku.
‘’ apakah lagu nada dering ponselku ini lagu
kesukaan mu…?’’ suara yang sangat aku kenal.
‘’ kakak..’’ aku menoleh.
‘’ apakah wanita yang aku bawa ke Luxemburg itu
jugadirimu?’’ kak el menyudutkanku dalam tatapan matanya.
‘’ kakak…aku bukan wanita itu dan dulu kakak
pernah bilang akan membawa sakura ke paris,…’’aku pura-pura tersenyum.
‘’ o…iya’’
‘’ iya…kakak mau mengantarkan aku kebandara…?’’
aku mengalihkan pembicaraan.
‘’ iya…tapi aku tak bisa menyetir karena pen di
punggungku masih terasa sakit….’’ Kak el memegangi punggungnya.
‘’ kalau begitu tidak usah,,,aku pergi dulu ya…’’
aku menunduk sebagai salam perpisahan.
Penerbangan ke dua dari bandara Tokyo menuju
Charles du gualle mendarat dengan sempurna. Langkah kaki bersama koper kecil
dan matel bulu di tangan menyertai setiap hembuasan nafasku yang terasa layu.
Didepan plat ku ada kak sam yang kelihatanya sudah menungguku. Aku buru-buru
menghampirinya.
‘’ rhaylin aku mau kita tunangan….’’ Ucapnya.
‘’ maaf kak aku tak bisa melanjutkan hubungan
ini…mejauhlah dariku sebelum kau ku jadikan pelampiasan hatiku…..’’ aku masuk
kedalm plat dan kemudian mengunci pintu.
Hari yang cerah di musim semi
membawa langkahku sampai di pere Lachaise, entah apa yang membawaku sampai
kepemakaman itu padahal aku tidak punya kerabat yang meninggal di paris ini.
Entah ,mungkin setelah menerima undangan pernikahan kak el dan sakura otakku
bergeser tiga puluh derajat. Aku berjalan tanpa arah menelusuri pemakaman
dengan membawa sekuntum mawar putih. Langkahku terhenti saat melihat sepasang nisan bertuliskan haruka
rhayllin dan el rumi airha saling berdampingan. Aku duduk disamping makam dan
mengelus nisan mereka. Ternyata haruka rhaylin dan el rumi airha pernah bersatu
di kehidupan sebelumnya, dan aku berharap haruka rhaylin dan el rumi airha akan
bersatu dikehidupan selanjutnya.
’’
0 komentar:
Posting Komentar